In
Sikunir
Ya, planning
yg telah lama di buat akhirnya terlaksana juga.
Bebek (Ria),
Saly, Ayu, Diah, Phina, blek (Mivtah), Hakim, empret (Dharma), Faex, Arya, Duoh dan
Mbok Deng (Davi). Kami berteman dekat sejak SMA. Semenjak lulus SMA dua tahun
yang lalu kami punya rencana untuk
berlibur bersama. Pulau Dewata tujuan awal kami. Kami ingin bernostalgia saat
dulu kami melaksanakan study tour ke pulau itu. Banyak sebenarnya tujuan yang
ingin kami tuju. Tapi, kenyataan berkata lain. Kami belum beranjak kemana pun
karna kesibukan kami masing-masing dan perbedaan kota tinggal kami sekarang.
Tahun lalu,
2012 kami hanya bisa berkeliling kota Semarang untuk mengisi liburan. Namun
tahun ini kami dapat mewujudkan salah satu impian kami. Ke puncak. Tapi bukan
gunung-gunung tinggi yang kami datangi. Kami hanya mendatangi desa tertinggi di
Jawa dan mendaki puncak desa tersebut. Sikunir, nama puncak tertinggi di Desa
Sembungan, Kecamatan Kejajar, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dengan
ketinggian 2350 meter diatas permukaan laut.
14 Agustus
2013 kami berangkat dari kota kami, Kota Pekalongan menuju Kabupaten Wonosobo
dengan melewati jalur Linggoasri, Kabupaten Pekalongan. Sebenarnya hanya tiga
jam waktu yang kita butuhkan untuk sampai di tempat tujuan. Karna alam
menyuguhkan panoramanya yang cantik, kami tidak akan melewatkan moment indah ini, dan kami memacu
perlahan sepeda motor kami. Sungguh sayang, tidak semua dari kami ikut
menikmati jajaran perkebunan sayur dan buah yang tertata rapi di perbukitan
Rogojembangan ini. Karna Saly, Ayu, Diah dan Phina masih ada kesibukan
tersendiri yang tidak bisa di tinggalkan.
Sangat jauh
suasana daerah-daerah yang kami lewati dengan suasana tempat tinggal kami. Di
sana, udara sejuk membuat kami merasakan kenyamanan dan ketenangan yang jarang
kami rasakan.
Memasuki Desa
Sembungan kami melewati kawah sikidang dan candi yang kami lupa namanya.
Hehehe. Sampai di tempat tujuan, saat kami menitipkan sepeda motor sebelum
mendaki, kami langsung di sambut oleh imutnya danau cebong. Kenapa kami bilang
imut? Karna danau cebong tidak seperti danau-danau lain yang luas, dan mungkin
karna itu juga di sebut cebong yang artinya anak kodok yang masih kecil.
Untuk
mencapai puncak Sikunir, kami hanya mendaki setinggi 500 meter saja dan
jalannya pun sudah di buat anak tangga dari bebatuan dan tanah, jadi tidak usah
bingung membayangkan susahnya untuk mencapai puncak Sikunir. Sampai di puncak
ternyata sudah banyak orang yang ingin camping
juga. Jam masih menunjukkan sekitar pukul 14:00, namun kabut sudah tebal dan
tidak terlihat pemandangan sekitar. Kami bergegas untuk segera mendirikan tenda
agar kami bisa sedikit menghangatkan diri di dalam tenda.
Langit
semakin gelap dan semakin larut. Kami berharap bisa menyaksikan lebih dekat
kerlip bintang dari puncak Sikunir. Hanya satu sinar bintang yang dapat kami
lihat, karna kabut semakin tebal dan kami putuskan untuk tidur agar tidak
terlambat untuk menantikan sapaan hangat sang surya di pagi nanti.
Waktu sudah
menunjukkan pukul 06:00. Saat keluar tenda ternyata sudah lebih banyak turis
baik lokal maupun mancanegara yang ada di sekitar untuk menyaksikan sun rise. Lagi-lagi kabut menghalangi.
Pukul 06:30 kami baru bisa melihat sedikit senyum mentari yang terhalang kabut.
Mentari sudah agak tinggi. Dan ternyata sebelah barat dari tempat kami berpijak terlihat kilauan
cantik danau cebong dan sebelah timur gunung sindoro serta gunung sumbing
menyapa dengan gagahnya. Lengkap sudah suguhan yang di hidangkan Tuhan untuk
kami meskipun kabut sempat menghalangi. Puas menikmati ciptaan-Nya kami
memutuskan turun dan mengunjungi kawah sikidang yang masih aktif itu.
Sudah cukup
liburan kita di Dieng Plateau, saatnya kita pulang. Di perjalanan pulang kami
mencoba jalan lain menuju Kota Pekalongan. Kami mencoba jalur Kabupaten Batang
yang kata orang-orang dapat di tempuh hanya dengan waktu dua jam saja. Ternyata
tidak seperti yang kami bayangkan. Jalan yang kami lalui cukup lengkap. Mulai dari
jalan aspal, jalan beton, jalan paving dan jalan batu yang menurun dan berkelok
tajam serta semua rusak hingga membuat kami harus sangat berhati-hati sehingga
sangat menghambat laju perjalanan kami. Dua jam yang kami bayangkan menjadi
empat jam di kenyataannya. Sungguh perjalanan yang sulit untuk kami lupakan.
Capek sungguh
jelas terasa. Namun kepuasan dan rasa bahagia dapat mengalahkannya.
Dieng Plateau, Kabupaten Wonosobo
14-15 Agustus 2013
Visit Jawa Tengah
Visit Indonesia
18082013|21:49