29 November 2013, perjalanan kedua kami dimulai. Lagi-lagi
kami hanya berdelapan namun dua diantaranya menggantikan teman kami yang tidak
bisa ikut dalam perjalanan kali ini. Aku bersama saly, hakim, faex, duwoh, blek
(mivtah), emprit (dharma) dan aryak kembali memulai ekspedisi. Kali ini kami
melangkah ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk sedikit mengintip ke Gua
Pindul dan Taman Sari. Kami memulai perjalanan dari Semarang sekitar pukul
02.30 pm, dan sampai daerah Kaliurang Jogja sekitar pukul 05.30 pm. Kami
beristirahat sejanak untuk melanjutkan perjalanan ke Bukit Bintang. Pukul 08.00
pm kami sampai di Bukit Bintang. Hawa dingin mulai terasa. Susu coklat hangat
menemani kami saat menikmati malam jogja dari atas bukit. Malam pun sudah
larut, kami putuskan untuk bermalam di daerah Piyungan agar tidak terlalu jauh
untuk kami melanjutkan perjalanan esok hari.
Mentari Sabtu yang cerah menyambut hari kami. Sekitar pukul
08.00 am kami memacu kendaraan kami menuju Kabupaten Gunungkidul. Di kanan kiri
sepanjang jalan terdapat pusat-pusat informasi untuk menunjukkan dan mengantar
kita ke Gua Pindul. Setelah semapat tersasar, akhirnya kami samapai juga di
daerah Dusun Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta
dengan diantar seorang tour guide. Untuk tour guide sendiri kita hanya
memberikan imbalan sukarela, karena mereka mengantarkan kita dengan sendirinya
dan bukan kita yang meminta diantar.
Ternyata objek yang ada tidak hanya Gua Pindul, selain itu
ada cave tubing Gua Sriti dan rafting Kali Oya juga. Biaya yang akan kita
keluarkan untuk menikmati objek-objek tersebut tidak terlalu mahal. Kami hanya
mengeluarkan 85 ribu tupiah tiap orang untuk ketiga objek. Kami ditemani oleh
tour guide menuju Gua Sriti dengan menggunakan mobil yang telah disediakan oleh
biro.
Gua Sriti merupakan objek wisata baru yang ada di daerah
Bejiharjo, karena baru 10 bulan dibuka menjadi objek wisata. Untuk memasuki Gua
Sriti kami harus menuruni tangga terlebih dahulu, karena gua ini merupakan gua
vertikal. Pertama kami melewati zona dengan air yang dangkal, ketinggian air
hanya sekitar selutut orang dewasa. Semakin masuk ke dalam gua air semakin
tinggi hingga mencapai leher orang dewasa. Jalan yang disusuri sangat gelap dan
sempit, hanya cukup dilewati oleh satu orang, dengan ketinggian gua hanya
sekitar 180 cm. Bisa di bayangkan gimana pengapnya di dalam gua itu. Panjang gua
yang kita lewati sekitar 1 – 1.5 Km.
Kami kembali menggunakan mobil angkutan untuk menuju objek
ke dua, yaitu Gua Pindul. Kami menyusuri gua dengan menggunakan ban dan saling
bergandengan tangan. Tidak seperti Gua Sriti, Gua Pindul tergolong gua yang
luas dan lebar. Di dalam gua yang mempunyai panjang sekitar 1 Km ini, kita bisa
melihat stalaktit, stalakmit dan kelelawar yang sedang bergelantungan dengan
jelas. Keluar dari gua sejenak kami menikmati birunya air gua dengan berenang
dan bermain air.
Objek terakhir terletak tidak terlalu dekat seperti kedua
objek sebelumnya. Dengan mobil angkutan kami harus melewati persawahan dan
perkebunan kayu putih untuk mencapai objek Kali Oya. Sebelum turun ke kali, di
sebelah kiri kami terdapat air terjun kecil dengan danau mungil berair biru
yang mempesona. Kemudian kami turun kesungai dan naik di atas ban untuk
mengarungi Kali Oya. Karena kami hanya mengambil track pendek, kami mengarungi
1 Km Kali Oya. Kami kira akan menemui banyak jeram dengan aliran air yang
deras. Namun jeram yang ada hanya sekitar 20 meter. Meskipun cukup pendek kami
harus tetap berhati-hati agar tidak tersangkut batu dan jatuh dari ban seperti
aryak. Setelah melewati jeram tersebut kami melewati sungai dengan arus yang
pelan namun memiliki keindahan yang luar biasa. Sepanjang perjalanan, kanan
kiri kami terpampang dinding kapur yang bergelombang dan meliuk-liuk bak
pahatan senimat handal. Senyum, kagum dan bersyukur, itu yang kami lakukan saat
tercengang melihat keindahan tersebut. Sampai di tengah perjalanan kami di
persilahkan istirahat serta menguji adrenalin kami. Di tempat tersebut telah
disiapkan tempat untuk melompat ke sungai dengan ketinggian 5 dan 10 meter. Aku
dan saly hanya duduk dan menikmati air terjun serta kudapan yang di jual di
tempat itu. Tak perlu khawatir soal bayar membayar, kita akan diberi nota dan
dibayar pada loket penitipan barang. Sementara itu teman-teman cowok dengan
berani mencoba melompat dari ketinggian 10 meter. Bahkan faex melompat hingga
dua kali. Setelah puas melompat dan berenang-renang kami melanjutkan perjalanan
menuju titik pemberhentian. Dan kemudian kami kembali ketempat awal kami datang
ke daerah tersebut. Setelah lelah dan basah-basahan kami memutuskan untuk
pulang ke Piyungan sekitar pukul 03.30 pm.
Malam harinya kami menikmati macetnya jalan Malioboro dan
kembali serta bermalam di tempat pemberhentian yang pertama di daerah
Kaliurang.
Dengan semangat yang belum berkurang di minggu yang tidak
begitu cerah kami mengunjungi Taman Sari Water Castle di jalan Ngasem
Yogyakarta atau dekat dengan alun-alun selatan Keraton Yogyakarta. Taman Sari
dahulunya merupakan taman dari kerajaan pada kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono
I. Di dalam komplek Taman Sari sendiri terdiri dari banyak tempat dengan fungsi
yang berbeda-beda. Sebelum memasukinya kami harus membayar tiket masuk sebesar
empat ribu rupiah untuk tiap orang. Setelah pintu masuk kami langsung di sambut
dengan kolam yang memiliki sumber mata air sendiri. Dahulunya kolam tersebut
digunakan untuk mandi Sultan, para isteri dan putri raja. Di dalam Taman Sari
kami dapat tahu mengenai tempat-tempat yang dahulu di gunakan untuk aktivitas
raja seperti tempat tidur, tempat makan dan taman tempat bersantai keluarga
kerajaan. Setelah melewati jalan yang padat pemukiman kami memasuki lorong yang
tidak begitu tinggi untuk mencapai masjid bawah tanah. Masjid tersebut
berbentuk lingkaran dan berlantai dua. Di tengah masjid yang berdinding setebal
1.25 meter ini terdapat empat tangga hingga ke bagian tengah masjid serta satu
tangga untuk menuju lantai dua masjid. Selain sebagai masjid tempat tersebut
juga merupakan benteng pertahanan, makadari itu memiliki dinding yang sangat
tebal. Sangat lelah rasanya berkeliling di komplek Taman Sari. Dan kami pikir
harus melewati jalan yang sama untuk menuju pintu keluar. Namun setelah kami
keluar masjid dan melewati lorong yang kedua ternyata kami telah sampai di
parkiran kendaraan kami.
Capek sungguh terasa, namun semua terbayar dengan keindahan
dan kecantikan tempat-tempat yang kami kunjungi. Pukul 05.30 pm kami memutuskan
untuk kembali pulang ke Semarang dengan sedikit kekecewaan. Karena ada yang
kami sayangkan, kami tidak memiliki dokumentasi saat kami ada di Gua Pindul dan
Kali Oya karena kami kehabisan baterai kamera. Namun memang agak susah jika
kita membawa kamera sendiri, karena kami harus berbasah-basahan serta membawa
kamera. Sebenarnya terdapat jasa photographer, tapi uang kami tidak cukup untuk
menyewanya karena biayanya 100 ribu rupiah untuk tiap objeknya. Yang terpenting
bagi kami, semua telah terekam sempurna oleh memori kami. Terimakasih Jogja.
29 November – 1 Desember 2013
Gua Sriti, Gua Pindul, Kali Oya, Taman Sari Water Castle
D. I. Yogyakarta