Gua Pindul & Taman Sari

01.42

29 November 2013, perjalanan kedua kami dimulai. Lagi-lagi kami hanya berdelapan namun dua diantaranya menggantikan teman kami yang tidak bisa ikut dalam perjalanan kali ini. Aku bersama saly, hakim, faex, duwoh, blek (mivtah), emprit (dharma) dan aryak kembali memulai ekspedisi. Kali ini kami melangkah ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk sedikit mengintip ke Gua Pindul dan Taman Sari. Kami memulai perjalanan dari Semarang sekitar pukul 02.30 pm, dan sampai daerah Kaliurang Jogja sekitar pukul 05.30 pm. Kami beristirahat sejanak untuk melanjutkan perjalanan ke Bukit Bintang. Pukul 08.00 pm kami sampai di Bukit Bintang. Hawa dingin mulai terasa. Susu coklat hangat menemani kami saat menikmati malam jogja dari atas bukit. Malam pun sudah larut, kami putuskan untuk bermalam di daerah Piyungan agar tidak terlalu jauh untuk kami melanjutkan perjalanan esok hari.

Mentari Sabtu yang cerah menyambut hari kami. Sekitar pukul 08.00 am kami memacu kendaraan kami menuju Kabupaten Gunungkidul. Di kanan kiri sepanjang jalan terdapat pusat-pusat informasi untuk menunjukkan dan mengantar kita ke Gua Pindul. Setelah semapat tersasar, akhirnya kami samapai juga di daerah Dusun Gelaran I, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan diantar seorang tour guide. Untuk tour guide sendiri kita hanya memberikan imbalan sukarela, karena mereka mengantarkan kita dengan sendirinya dan bukan kita yang meminta diantar.

Ternyata objek yang ada tidak hanya Gua Pindul, selain itu ada cave tubing Gua Sriti dan rafting Kali Oya juga. Biaya yang akan kita keluarkan untuk menikmati objek-objek tersebut tidak terlalu mahal. Kami hanya mengeluarkan 85 ribu tupiah tiap orang untuk ketiga objek. Kami ditemani oleh tour guide menuju Gua Sriti dengan menggunakan mobil yang telah disediakan oleh biro.

Gua Sriti merupakan objek wisata baru yang ada di daerah Bejiharjo, karena baru 10 bulan dibuka menjadi objek wisata. Untuk memasuki Gua Sriti kami harus menuruni tangga terlebih dahulu, karena gua ini merupakan gua vertikal. Pertama kami melewati zona dengan air yang dangkal, ketinggian air hanya sekitar selutut orang dewasa. Semakin masuk ke dalam gua air semakin tinggi hingga mencapai leher orang dewasa. Jalan yang disusuri sangat gelap dan sempit, hanya cukup dilewati oleh satu orang, dengan ketinggian gua hanya sekitar 180 cm. Bisa di bayangkan gimana pengapnya di dalam gua itu. Panjang gua yang kita lewati sekitar 1 – 1.5 Km.

Kami kembali menggunakan mobil angkutan untuk menuju objek ke dua, yaitu Gua Pindul. Kami menyusuri gua dengan menggunakan ban dan saling bergandengan tangan. Tidak seperti Gua Sriti, Gua Pindul tergolong gua yang luas dan lebar. Di dalam gua yang mempunyai panjang sekitar 1 Km ini, kita bisa melihat stalaktit, stalakmit dan kelelawar yang sedang bergelantungan dengan jelas. Keluar dari gua sejenak kami menikmati birunya air gua dengan berenang dan bermain air.



Objek terakhir terletak tidak terlalu dekat seperti kedua objek sebelumnya. Dengan mobil angkutan kami harus melewati persawahan dan perkebunan kayu putih untuk mencapai objek Kali Oya. Sebelum turun ke kali, di sebelah kiri kami terdapat air terjun kecil dengan danau mungil berair biru yang mempesona. Kemudian kami turun kesungai dan naik di atas ban untuk mengarungi Kali Oya. Karena kami hanya mengambil track pendek, kami mengarungi 1 Km Kali Oya. Kami kira akan menemui banyak jeram dengan aliran air yang deras. Namun jeram yang ada hanya sekitar 20 meter. Meskipun cukup pendek kami harus tetap berhati-hati agar tidak tersangkut batu dan jatuh dari ban seperti aryak. Setelah melewati jeram tersebut kami melewati sungai dengan arus yang pelan namun memiliki keindahan yang luar biasa. Sepanjang perjalanan, kanan kiri kami terpampang dinding kapur yang bergelombang dan meliuk-liuk bak pahatan senimat handal. Senyum, kagum dan bersyukur, itu yang kami lakukan saat tercengang melihat keindahan tersebut. Sampai di tengah perjalanan kami di persilahkan istirahat serta menguji adrenalin kami. Di tempat tersebut telah disiapkan tempat untuk melompat ke sungai dengan ketinggian 5 dan 10 meter. Aku dan saly hanya duduk dan menikmati air terjun serta kudapan yang di jual di tempat itu. Tak perlu khawatir soal bayar membayar, kita akan diberi nota dan dibayar pada loket penitipan barang. Sementara itu teman-teman cowok dengan berani mencoba melompat dari ketinggian 10 meter. Bahkan faex melompat hingga dua kali. Setelah puas melompat dan berenang-renang kami melanjutkan perjalanan menuju titik pemberhentian. Dan kemudian kami kembali ketempat awal kami datang ke daerah tersebut. Setelah lelah dan basah-basahan kami memutuskan untuk pulang ke Piyungan sekitar pukul 03.30 pm.


Malam harinya kami menikmati macetnya jalan Malioboro dan kembali serta bermalam di tempat pemberhentian yang pertama di daerah Kaliurang.

Dengan semangat yang belum berkurang di minggu yang tidak begitu cerah kami mengunjungi Taman Sari Water Castle di jalan Ngasem Yogyakarta atau dekat dengan alun-alun selatan Keraton Yogyakarta. Taman Sari dahulunya merupakan taman dari kerajaan pada kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono I. Di dalam komplek Taman Sari sendiri terdiri dari banyak tempat dengan fungsi yang berbeda-beda. Sebelum memasukinya kami harus membayar tiket masuk sebesar empat ribu rupiah untuk tiap orang. Setelah pintu masuk kami langsung di sambut dengan kolam yang memiliki sumber mata air sendiri. Dahulunya kolam tersebut digunakan untuk mandi Sultan, para isteri dan putri raja. Di dalam Taman Sari kami dapat tahu mengenai tempat-tempat yang dahulu di gunakan untuk aktivitas raja seperti tempat tidur, tempat makan dan taman tempat bersantai keluarga kerajaan. Setelah melewati jalan yang padat pemukiman kami memasuki lorong yang tidak begitu tinggi untuk mencapai masjid bawah tanah. Masjid tersebut berbentuk lingkaran dan berlantai dua. Di tengah masjid yang berdinding setebal 1.25 meter ini terdapat empat tangga hingga ke bagian tengah masjid serta satu tangga untuk menuju lantai dua masjid. Selain sebagai masjid tempat tersebut juga merupakan benteng pertahanan, makadari itu memiliki dinding yang sangat tebal. Sangat lelah rasanya berkeliling di komplek Taman Sari. Dan kami pikir harus melewati jalan yang sama untuk menuju pintu keluar. Namun setelah kami keluar masjid dan melewati lorong yang kedua ternyata kami telah sampai di parkiran kendaraan kami.









Capek sungguh terasa, namun semua terbayar dengan keindahan dan kecantikan tempat-tempat yang kami kunjungi. Pukul 05.30 pm kami memutuskan untuk kembali pulang ke Semarang dengan sedikit kekecewaan. Karena ada yang kami sayangkan, kami tidak memiliki dokumentasi saat kami ada di Gua Pindul dan Kali Oya karena kami kehabisan baterai kamera. Namun memang agak susah jika kita membawa kamera sendiri, karena kami harus berbasah-basahan serta membawa kamera. Sebenarnya terdapat jasa photographer, tapi uang kami tidak cukup untuk menyewanya karena biayanya 100 ribu rupiah untuk tiap objeknya. Yang terpenting bagi kami, semua telah terekam sempurna oleh memori kami. Terimakasih Jogja.


29 November – 1 Desember 2013
Gua Sriti, Gua Pindul, Kali Oya, Taman Sari Water Castle
D. I. Yogyakarta

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe