Sikunir

09.48

Ya, planning yg telah lama di buat akhirnya terlaksana juga.

Bebek (Ria), Saly, Ayu, Diah, Phina, blek (Mivtah), Hakim, empret (Dharma), Faex, Arya, Duoh dan Mbok Deng (Davi). Kami berteman dekat sejak SMA. Semenjak lulus SMA dua tahun yang lalu  kami punya rencana untuk berlibur bersama. Pulau Dewata tujuan awal kami. Kami ingin bernostalgia saat dulu kami melaksanakan study tour ke pulau itu. Banyak sebenarnya tujuan yang ingin kami tuju. Tapi, kenyataan berkata lain. Kami belum beranjak kemana pun karna kesibukan kami masing-masing dan perbedaan kota tinggal kami sekarang.

Tahun lalu, 2012 kami hanya bisa berkeliling kota Semarang untuk mengisi liburan. Namun tahun ini kami dapat mewujudkan salah satu impian kami. Ke puncak. Tapi bukan gunung-gunung tinggi yang kami datangi. Kami hanya mendatangi desa tertinggi di Jawa dan mendaki puncak desa tersebut. Sikunir, nama puncak tertinggi di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian 2350 meter diatas permukaan laut.


14 Agustus 2013 kami berangkat dari kota kami, Kota Pekalongan menuju Kabupaten Wonosobo dengan melewati jalur Linggoasri, Kabupaten Pekalongan. Sebenarnya hanya tiga jam waktu yang kita butuhkan untuk sampai di tempat tujuan. Karna alam menyuguhkan panoramanya yang cantik, kami tidak akan melewatkan moment indah ini, dan kami memacu perlahan sepeda motor kami. Sungguh sayang, tidak semua dari kami ikut menikmati jajaran perkebunan sayur dan buah yang tertata rapi di perbukitan Rogojembangan ini. Karna Saly, Ayu, Diah dan Phina masih ada kesibukan tersendiri yang tidak bisa di tinggalkan.

Sangat jauh suasana daerah-daerah yang kami lewati dengan suasana tempat tinggal kami. Di sana, udara sejuk membuat kami merasakan kenyamanan dan ketenangan yang jarang kami rasakan.

Memasuki Desa Sembungan kami melewati kawah sikidang dan candi yang kami lupa namanya. Hehehe. Sampai di tempat tujuan, saat kami menitipkan sepeda motor sebelum mendaki, kami langsung di sambut oleh imutnya danau cebong. Kenapa kami bilang imut? Karna danau cebong tidak seperti danau-danau lain yang luas, dan mungkin karna itu juga di sebut cebong yang artinya anak kodok yang masih kecil.




Untuk mencapai puncak Sikunir, kami hanya mendaki setinggi 500 meter saja dan jalannya pun sudah di buat anak tangga dari bebatuan dan tanah, jadi tidak usah bingung membayangkan susahnya untuk mencapai puncak Sikunir. Sampai di puncak ternyata sudah banyak orang yang ingin camping juga. Jam masih menunjukkan sekitar pukul 14:00, namun kabut sudah tebal dan tidak terlihat pemandangan sekitar. Kami bergegas untuk segera mendirikan tenda agar kami bisa sedikit menghangatkan diri di dalam tenda.








Langit semakin gelap dan semakin larut. Kami berharap bisa menyaksikan lebih dekat kerlip bintang dari puncak Sikunir. Hanya satu sinar bintang yang dapat kami lihat, karna kabut semakin tebal dan kami putuskan untuk tidur agar tidak terlambat untuk menantikan sapaan hangat sang surya di pagi nanti.



Waktu sudah menunjukkan pukul 06:00. Saat keluar tenda ternyata sudah lebih banyak turis baik lokal maupun mancanegara yang ada di sekitar untuk menyaksikan sun rise. Lagi-lagi kabut menghalangi. Pukul 06:30 kami baru bisa melihat sedikit senyum mentari yang terhalang kabut. Mentari sudah agak tinggi. Dan ternyata sebelah barat  dari tempat kami berpijak terlihat kilauan cantik danau cebong dan sebelah timur gunung sindoro serta gunung sumbing menyapa dengan gagahnya. Lengkap sudah suguhan yang di hidangkan Tuhan untuk kami meskipun kabut sempat menghalangi. Puas menikmati ciptaan-Nya kami memutuskan turun dan mengunjungi kawah sikidang yang masih aktif itu.
















Sudah cukup liburan kita di Dieng Plateau, saatnya kita pulang. Di perjalanan pulang kami mencoba jalan lain menuju Kota Pekalongan. Kami mencoba jalur Kabupaten Batang yang kata orang-orang dapat di tempuh hanya dengan waktu dua jam saja. Ternyata tidak seperti yang kami bayangkan. Jalan yang kami lalui cukup lengkap. Mulai dari jalan aspal, jalan beton, jalan paving dan jalan batu yang menurun dan berkelok tajam serta semua rusak hingga membuat kami harus sangat berhati-hati sehingga sangat menghambat laju perjalanan kami. Dua jam yang kami bayangkan menjadi empat jam di kenyataannya. Sungguh perjalanan yang sulit untuk kami lupakan.



Capek sungguh jelas terasa. Namun kepuasan dan rasa bahagia dapat mengalahkannya.

Dieng Plateau, Kabupaten Wonosobo
14-15 Agustus 2013
Visit Jawa Tengah
Visit Indonesia

18082013|21:49

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe