make up, gadget, kostum-kostum trendy, pemikiran-pemikiran palsu yang hanya manut tuannya. manusia jaman sekarang? ya, tepat. itu ciri manusia sekarang. semua maunya perfect. tak ada cacat sedikitpun. banyak orang memaksakan diri untuk sama dengan yg lain hanya agar dapat diakui keberadaannya di komunitasnya. mungkin mereka merasa keren, jika sama dengan yang lain, bisa mengikuti tren yang ada. lalu dimana diri mereka yang asli?
Terlahir dari keluarga sederhana,
namun aku memiliki tekad yang besar. Bapakku hanya pegawai swasta dan ibuku
tidak bekerja alias ibu rumah tangga. Hal itu tidak mengurungkan niatku untuk
memetik bintang keberuntunganku. Dari kecil aku sudah memiliki cita-cita yang
tinggi dan seakan itu ada di depan kita untuk kita raih dengan tangan. Aku
pernah bercita-cita menjadi insinyur pembangunan, insinyur pertambangan,
arkeolog, dan lainnya yang aku sudah tak ingat lagi. Namanya juga anak kecil yang
masih mempunyai imajinasi dan angan-angan yang tinggi.
Mulai dari SMP aku mulai tertarik
dengan jagad raya ini. Banyak tanda tanya yang muncul di fikiranku seperti
seberapa luas angkasa itu? Seberapa dalam samudra yang ada di sana? Mengapa di
Indonesia banyak sekali hutan? Darimana kita bisa tau umur fosil? Serta tanda
tanya-tanda tanya lainnya. Sejak saat itulah aku lebih mencari-cari tahu semua
yang berhubungan dengan jagad ini.
Setelah SMA aku lebih bisa
mengarahkan keinginanku kemana akan melangkah. Awalnya aku telah bertekad untuk
menjadi arkeolog seperti cita-citaku sewaktu kecil. Selang waktu dua tahun
keinginan itu berganti dengan ambisiku yang ingin bermain dengan lingkungan.
Dan aku pun sangat ambisi untuk bisa melanjutkan sekolahku di perencanaan
wilayah kota. Namun sayang, belum berhasil kali itu. Meskipun kecewa, tapi
semangatku tetap tinggi. Aku mencari jalan tengah dan akhirnya aku masuk di
geografi Universitas Negeri Semarang. Sampai disitu aku masih sedikit kecewa
karena program pendidikan yang aku ambil tidak sesuai dengan keinginanku.
Hampir satu tahun aku membutuhkan waktu untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa
ini tidak jauh beda dengan apa yang aku inginkan.
Di titik kebimbangan itu, beberapa
teman SMA memberi suntikan semangat dengan mengajakku mendirikan sekolah untuk
anak jalanan dan anak pinggiran kota yang kurang mampu. Teman-temanku
membuktikan kepadaku bahwa menjadi seorang pendidik itu tidak selamanya
menjenuhkan karena hari-harinya dihabiskan di sekolah untuk mengajar. Kelas kreatif
begitu kami memberi nama sekolah yang kami dirikan tersebut, sangat memberi
motivasi kepadaku untuk lebih berbagi kepada sesama.
Berawal dari situ juga tiba-tiba
muncul keinginan untuk menulis. Aku lebih suka menuliskan tentang apa yang aku
tahu dan apa yang ingin aku tahu. Mulai dari puisi, artikel, atau sekedar corat
coret saja. Lagi-lagi teman-temanku memberi motivasi bagiku untuk aku lebih
suka menulis. Menulis puisi untuk aku bawakan saat mengadakan acara malam
sastra dan malam budaya di pinggir kota ataupun sedikit menulis tentang keadaan
saat ini yang di muat di zine
Menghimpun Mendung yang kami buat. Untuk
aku lebih berlatih dalam menulis aku juga membuat sebuah blog yang aku beri
nama berharap pagi. Selain itu aku juga tergabung di dalam biro komunikasi dan
informasi hima geografi yang menuntut aku untuk lebih berfikir kritis dalam
mengisi buletin atau pun majalah dinding kampus.
Dari segala keinginan yang masih
abu-abu, aku telah benar-benar membulatkan tekad dan tetap mempunyai semangat
yang tak pernah redup untuk memetik bintang keberuntunganku agar aku menjadi
seseorang yang terlibat dalam penataan kota yang tidak merugikan segala pihak,
mempunyai sekolah untuk saudara-saudara yang kurang beruntung dan pastinya juga
menjadi seorang penulis yang dapat mengkritisi kehidupan ini. Karena ketiga
bintang itu mempunyai hubungan yang erat. Jika kita mempunyai sebuah fikiran
dan menuliskannya agar kita tidak lupa, maka kita mempunyai dorongan dan akan
merealisasikannya. Dan kelak ketiga bintang itu akan ada di genggaman tanganku.
01042013|21:18