Menggapai Bintang

22.08

Terlahir dari keluarga sederhana, namun aku memiliki tekad yang besar. Bapakku hanya pegawai swasta dan ibuku tidak bekerja alias ibu rumah tangga. Hal itu tidak mengurungkan niatku untuk memetik bintang keberuntunganku. Dari kecil aku sudah memiliki cita-cita yang tinggi dan seakan itu ada di depan kita untuk kita raih dengan tangan. Aku pernah bercita-cita menjadi insinyur pembangunan, insinyur pertambangan, arkeolog, dan lainnya yang aku sudah tak ingat lagi. Namanya juga anak kecil yang masih mempunyai imajinasi dan angan-angan yang tinggi.

Mulai dari SMP aku mulai tertarik dengan jagad raya ini. Banyak tanda tanya yang muncul di fikiranku seperti seberapa luas angkasa itu? Seberapa dalam samudra yang ada di sana? Mengapa di Indonesia banyak sekali hutan? Darimana kita bisa tau umur fosil? Serta tanda tanya-tanda tanya lainnya. Sejak saat itulah aku lebih mencari-cari tahu semua yang berhubungan dengan jagad ini.

Setelah SMA aku lebih bisa mengarahkan keinginanku kemana akan melangkah. Awalnya aku telah bertekad untuk menjadi arkeolog seperti cita-citaku sewaktu kecil. Selang waktu dua tahun keinginan itu berganti dengan ambisiku yang ingin bermain dengan lingkungan. Dan aku pun sangat ambisi untuk bisa melanjutkan sekolahku di perencanaan wilayah kota. Namun sayang, belum berhasil kali itu. Meskipun kecewa, tapi semangatku tetap tinggi. Aku mencari jalan tengah dan akhirnya aku masuk di geografi Universitas Negeri Semarang. Sampai disitu aku masih sedikit kecewa karena program pendidikan yang aku ambil tidak sesuai dengan keinginanku. Hampir satu tahun aku membutuhkan waktu untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa ini tidak jauh beda dengan apa yang aku inginkan.

Di titik kebimbangan itu, beberapa teman SMA memberi suntikan semangat dengan mengajakku mendirikan sekolah untuk anak jalanan dan anak pinggiran kota yang kurang mampu. Teman-temanku membuktikan kepadaku bahwa menjadi seorang pendidik itu tidak selamanya menjenuhkan karena hari-harinya dihabiskan di sekolah untuk mengajar. Kelas kreatif begitu kami memberi nama sekolah yang kami dirikan tersebut, sangat memberi motivasi kepadaku untuk lebih berbagi kepada sesama.

Berawal dari situ juga tiba-tiba muncul keinginan untuk menulis. Aku lebih suka menuliskan tentang apa yang aku tahu dan apa yang ingin aku tahu. Mulai dari puisi, artikel, atau sekedar corat coret saja. Lagi-lagi teman-temanku memberi motivasi bagiku untuk aku lebih suka menulis. Menulis puisi untuk aku bawakan saat mengadakan acara malam sastra dan malam budaya di pinggir kota ataupun sedikit menulis tentang keadaan saat ini yang di muat di zine Menghimpun Mendung  yang kami buat. Untuk aku lebih berlatih dalam menulis aku juga membuat sebuah blog yang aku beri nama berharap pagi. Selain itu aku juga tergabung di dalam biro komunikasi dan informasi hima geografi yang menuntut aku untuk lebih berfikir kritis dalam mengisi buletin atau pun majalah dinding kampus.


Dari segala keinginan yang masih abu-abu, aku telah benar-benar membulatkan tekad dan tetap mempunyai semangat yang tak pernah redup untuk memetik bintang keberuntunganku agar aku menjadi seseorang yang terlibat dalam penataan kota yang tidak merugikan segala pihak, mempunyai sekolah untuk saudara-saudara yang kurang beruntung dan pastinya juga menjadi seorang penulis yang dapat mengkritisi kehidupan ini. Karena ketiga bintang itu mempunyai hubungan yang erat. Jika kita mempunyai sebuah fikiran dan menuliskannya agar kita tidak lupa, maka kita mempunyai dorongan dan akan merealisasikannya. Dan kelak ketiga bintang itu akan ada di genggaman tanganku.

01042013|21:18

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe